Menerapkan Berfikir Ilmiah
dalam
Pembelajaran Matematika
Perbedaan
antara umat manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk
mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Seluruh pikiran binatang
dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari objek
yang diinginkan atau membuang benda yang menghalanginya. Dengan demikian,
sering kita melihat seekor monyet yang menjangkau secara sia-sia benda yang dia
inginkan, sedangkan manusia yang paling primitifpun telah tahu mempergunakan
badringan, laso, atau melempar dengan batu. Untuk melakukan kegiatan ilmiah
secara baik diperlukan sarana berfikir. Tersedianya sarana tersebut
memungkinkan dilakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan
sarana berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi
seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tidak
dapat dilakukan.
Berfikir
ilmiah dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan, untuk menciptakan
generasi ilmiah dan mengasah kemampuan berfikir ilmiah sehingga sistem ingatan
siswa lebih bertahan lama. Dalam pembelajaran belajar dengan melakukan sesuatu
memiliki tingkatan memori 90%. Sehingga diperlukan 10% dari membaca untuk
membuat tingkat memori menjadi 100%. Langkah-langkah berfikir ilmiah adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi
masalah.
2. Mengajukan
hipotesis.
3. Mencari
jawaban(menguji hipotesis).
4. Mencari
kesimpulan.
Sehingga
dalam pembelajaran memberikan makna dan tidak sia-sia. Berfikir ilmiah disini
tidak hanya ‘sekedar berfikir’ tetapi juga melakukan sesuatu dengan ilmiah.
Dalam berfikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika,
matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dari
pola berfikirnya ilmu merupakan gabungan antara berfikir deduktif dan berfikir
iduktif, maka penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif
dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berfikir
deduktif, statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif. Dari
sini dapat disimpulkan bahwa matematika cocok untuk mempraktekkan berfikir
ilmiah dalam pembelajaran.
Sebelum
berfikir ilmiah, terkadang siswa malas untuk berfikir bahkan apabila siswa
memiliki kemampuan berfikir di bawah rata-rata, mereka lebih berkesan pasif.
Oleh karena itu, perlulah guru memberikan motivasi untuk mengubah persepsi dan cara berfikir siswanya. Dalam berfikir
ilmiah siswa akan terbawa dalam suatu penelitian dimana moral dari siswa
tersebut juga akan terbentuk. Karena dalam berfikir ilmiah terdapat nilai-nilai
moral, diantaranya jujur, bertanggung jawab, inovatif, kreatif, berfikir
matematis, konseptual, kritis, kohern(runtut), diterima oleh alat fikir
(rasional/logis). Nilai moral tersebut dapat membuat masa depan siswa dan
negara kita menjadi lebih maju dalam moral. Karena sistem pendidikan kita
sampai saat ini lebih menekankan kepada niali , bukan proses ataupun moral yang
terbentuk dari setiap individu siswa. Oleh karena itu, penerapan berfikir
ilmiah perlu diterapkan dalam pembelajaran, terutamanya dalam matematika.
Karena berprinsip menjadi orang yang matematik sudah mencangkup semua hal yang
penting dalam hidup ini. Intinya kita harus merubah cara pikir kita. “Ketika
Anda mengubah pikiran Anda maka keyakinan Anda akan berubah, ketika Anda
mengubah keyakinan Anda maka harapan Anda akan berubah, ketika Anda mengubah harapan
Anda maka sikap Anda akan berubah, ketika Anda mengubah sikap Anda, maka
perilaku Anda akan berubah, ketika Anda mengubah perilaku Anda maka performansi
Anda akan berubah, ketika Anda mengubah performansi Anda maka HIDUP ANDA AKAN
BERUBAH.(John C. Maxwell). Jadi mengubah cara berfikir akan mengubah hidup
Anda. Dari sini saya berharap dengan mengubah dan menerapkan berfikir ilmiah
maka hiduppun akan berubah dan memberikan arti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar