Prinsip-Prinsip Matematika
dalam
Alquran
Ilmuwan Muslim berpandangan bahwa
prinsip-prinsip matematika bukan sesuatu yang asing dan terisolasi dari
realitas, melainkan berkorelasi erat dengan kesadaran subjek dan kehidupan
nyata. Dikisahkan suatu saat Ali bin Abi Thalib ra menjawab pertanyaan tentang
bilangan yang diajukan oleh pendeta Yahudi. Pendeta bertanya: Bilangan mana
yang habis dibagi satu sampai sepuluh? Pertanyaan ini jika dipelajari pada masa
sekarang dinamakan pertanyaan tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil),
pertanyaannya secara operasi matematika lumayan rumit. Namun Ali bin Abi Thalib
ra menjwab dengan sedehana. Beliau menjawab: “kalikanlah jumlah harimu dalam sebulan
dengan jumlah bulanmu dalam setahun dan dengan jumlah harimu dalam seminggu.”
Jumlah hari dalam sebulan 30, jumlah bulan dalam setahun 12 dan jumlah hari dalam
seminggu adalah 7. Maka ketemu 30 kali 12 kali 7, maka diperoleh 2520. Angka
2520 adalah bilangan terkecil yang dapat di habis bilangan 1 samapi 10.
Jawaban di atas sungguh
menarik, Ali bin Abi Thalib ra menjawab dengan mengkorelasikannya dengan
fenomena-fenomena alam dan kehidupan sehari-hari, yakni konsep tentang hari,
minggu, bulan dan tahun. Waktu ditandai dengan fenomena alam, munculnya
matahari merupakan basis pengukuran waktu yang paling sederhana, terbitnya
matahari di ufuk timur menandai awal siang, sedangkan terbenamnya matahari
menandai malam. Peristiwa siang dan malam menandai kurun waktu hari, bahkan
tahun. Dalam Alquran Surrah Al-Isra (17):12 mengatakan; Dan kami jadikan
malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami), kemudian kami hapuskan
tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu
dapat mencari karunia Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan
jelas. Ayat ini menunjukan sesuatu yang terjadi pada rotasi bumi adalah sesuatu yang eksak
(matematis), karena dampak dari putaran tersebut adalah pergantian waktu. Pola
gerak Bumi-Bulan-Matahari kita gunakan untuk memahami periodesasi waktu secara
lebih presisi.
Secara sederhana memang bisa
terjawab. Namun ketika ada lanjutan pertanyaan yang berbunyi: kenapa harus
bergantian?, apakah tidak mungkin bumi hanya diliputi kegelapan, yang berarti
akan terjadi malam terus atau sebaliknya akan terjadi siang terus karena
belahannya selalu mengahadap matahari. Allah mengatakan dalam QS Al-Qashash
(28):71: Katakanlah, terangkanlah
kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus
sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar
terang kepadamu?maka apakah kamu tidak mendengar? Atau
sebaliknya juga Allah mengatakan dalam QS Al-Qashash (28):72: Katakanlah, terangkanlah kepadaku, jika
Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah
Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat
padanya? Maka apakah tidak memperhatikan?
Pergantian siang dan malam
mengungkapkan aspek sangat mendasar bahwa terjadi hubungan antara alam semesta
dengan kehidupan. Jika alam semesta ada dalam keabadian dan selalu mengandung
sejumlah bintang dan galaxi yang sama seperti saat ini dan menyebar kurang
lebih dengan distribusi merata keseluruh ruang jagat raya. Dengan demikian
dapat diambil kesimpulan bahwa matematika sangat berhubungan erat dengan
kehidupan alam semesta ini. Di mana Allah menciptakan segala sesuatu dengan
ukuran dan kadarnya, ini membuktikan bahwa suatu ciptaan Allah diatur oleh
matematika. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar