Kamis, 17 November 2016

Prinsip - Prinsip Matematika dalam Alquran



Prinsip-Prinsip Matematika
dalam
Alquran

       Ilmuwan Muslim berpandangan bahwa prinsip-prinsip matematika bukan sesuatu yang asing dan terisolasi dari realitas, melainkan berkorelasi erat dengan kesadaran subjek dan kehidupan nyata. Dikisahkan suatu saat Ali bin Abi Thalib ra menjawab pertanyaan tentang bilangan yang diajukan oleh pendeta Yahudi. Pendeta bertanya: Bilangan mana yang habis dibagi satu sampai sepuluh? Pertanyaan ini jika dipelajari pada masa sekarang dinamakan pertanyaan tentang KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), pertanyaannya secara operasi matematika lumayan rumit. Namun Ali bin Abi Thalib ra menjwab dengan sedehana. Beliau menjawab: “kalikanlah jumlah harimu dalam sebulan dengan jumlah bulanmu dalam setahun dan dengan jumlah harimu dalam seminggu.” Jumlah hari dalam sebulan 30, jumlah bulan dalam setahun 12 dan jumlah hari dalam seminggu adalah 7. Maka ketemu 30 kali 12 kali 7, maka diperoleh 2520. Angka 2520 adalah bilangan terkecil yang dapat di habis bilangan 1 samapi 10.

                   Jawaban di atas sungguh menarik, Ali bin Abi Thalib ra menjawab dengan mengkorelasikannya dengan fenomena-fenomena alam dan kehidupan sehari-hari, yakni konsep tentang hari, minggu, bulan dan tahun. Waktu ditandai dengan fenomena alam, munculnya matahari merupakan basis pengukuran waktu yang paling sederhana, terbitnya matahari di ufuk timur menandai awal siang, sedangkan terbenamnya matahari menandai malam. Peristiwa siang dan malam menandai kurun waktu hari, bahkan tahun. Dalam Alquran Surrah Al-Isra (17):12 mengatakan; Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami), kemudian kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu dapat mencari karunia Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas. Ayat ini menunjukan sesuatu yang terjadi pada rotasi bumi adalah sesuatu yang eksak (matematis), karena dampak dari putaran tersebut adalah pergantian waktu. Pola gerak Bumi-Bulan-Matahari kita gunakan untuk memahami periodesasi waktu secara lebih presisi.
 
                   Secara sederhana memang bisa terjawab. Namun ketika ada lanjutan pertanyaan yang berbunyi: kenapa harus bergantian?, apakah tidak mungkin bumi hanya diliputi kegelapan, yang berarti akan terjadi malam terus atau sebaliknya akan terjadi siang terus karena belahannya selalu mengahadap matahari. Allah mengatakan dalam QS Al-Qashash (28):71: Katakanlah, terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu?maka apakah kamu tidak mendengar? Atau sebaliknya juga Allah mengatakan dalam QS Al-Qashash (28):72: Katakanlah, terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah tidak memperhatikan? 

                   Pergantian siang dan malam mengungkapkan aspek sangat mendasar bahwa terjadi hubungan antara alam semesta dengan kehidupan. Jika alam semesta ada dalam keabadian dan selalu mengandung sejumlah bintang dan galaxi yang sama seperti saat ini dan menyebar kurang lebih dengan distribusi merata keseluruh ruang jagat raya. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa matematika sangat berhubungan erat dengan kehidupan alam semesta ini. Di mana Allah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran dan kadarnya, ini membuktikan bahwa suatu ciptaan Allah diatur oleh matematika. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar